Selasa, 26 Januari 2010

Aku Rindu

Termenung ia sendiri, diambang jendela. Dipandanginya langit mendung yang bergelayut senja itu, dari balik pintu teriakan sang Ibu seakan tak dihiraukannya untuk segera beranjak dan menutup daun jendela, segera bergegas untuk mandi. Ditariknya nafas panjang, seperti ada sesuatu yang begitu berat yang sedang dia rasakan dan membebaninya. Matanya masih terus menerawang jauh kembali ke beberapa tahun silam. Dimana hidupnya selalu ceria, penuh canda dan senyum, "masa indah, aku rindu....."begitu gumamnya, sambil matanya yang bening berkaca-kaca, ada bulir-bulir jernih jatuh satu demi satu membasahi pipinya yang kian tirus beberapa tahun terakhir ini. Entah beban apa yang sedang menderanya.
Lalu bibirnya berbisik pelan "seandainya....., ah tapi semua sudah terlanjur", ditepisnya kerinduan akan masa-masa indah itu, memang masa lalu selalu indah untuk dikenang, tapi harus tetap menatap masa depan. Karena kita tak akan mungkin bisa kembali ke masa lalu, dia seperti menyemangati dirinya. Dia sering bicara sendiri, menurutnya ia merasa nyaman berbicara dan berkomunikasi dengan dirinya daripada harus dengan orang lain, karena tak perlu ia merasa perlu untuk dipojokkan atas keputusannya di masa lalu. Nyaman dan lebih privasi begitulah alasan kamuflasenya.
Mendung terus menghitam, tapi tetap ia tak mau beranjak untuk segera menutup pintu jendela itu, ia ingin melihat hujan turun sambil kembali berandai-andai mengenang masa lalu, meski ia tahu ia tak akan bisa mengubah cerita masa lalunya. Betapa ia rindunya pada orang-orang di masa lalu itu, yang masih sulit untuk dilupakan dan ditemui di masa sekarang. Tapi ya sudahlah.....sambil menarik nafas panjang, berbarengan dengan rintik-rintik hujan.

* Untuk orang-orang di masa laluku, terima kasih atas kisah klasik di masa lalunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar