Kamis, 20 Oktober 2011

Kemapanan

Ada lirik dari Astrid yang saya copas dari sini

Aku tak ingin dicintai
Bila tak sepenuh hati
Aku tak ingin dimiliki
Bila tak sepenuh hati

Aku tak mau kau sayangi
Bila kau setengah hati
Aku tak mau kau ingini
Bila kau setengah hati

Karena hatiku tak akan ku beri
Pada kekasih yang tidak baik hati
Jadi daripada aku mengharap kesungguhanmu
Aku lebih memilih pergi dan cari penggantimu

Aku tak ingin dicintai
Bila tak sepenuh hati
Aku tak ingin dimiliki
Bila tak sepenuh hati

Karena hatiku tak akan ku beri
Pada kekasih yang tidak baik hati
Jadi daripada aku mengharap kesungguhanmu
Aku lebih memilih pergi dan cari penggantimu

Karena hatiku tak akan ku beri
Pada kekasih yang tidak baik hati

Karena hatiku tak akan ku beri
Pada kekasih yang tidak baik hati
Jadi daripada aku mengharap kesungguhanmu
Aku lebih memilih pergi dan cari penggantimu

Karena hatiku tak akan ku beri
Pada kekasih yang tidak baik hati
Jadi daripada aku mengharap kesungguhanmu
Aku lebih memilih pergi dan cari penggantimu

Aku tak mau kau sayangi
Bila kau setengah hati
Aku tak ingin dicintai
Aku tak ingin dimiliki
Aku tak mau kau sayangi
Aku tak mau kau ingini


Ini sih sebenarnya masih sesi curhat juga, kemaren sempat dapet petuah panjang kali lebar tentang jodoh *huft resiko jadi single parents :-d. Awalnya ngobrol-ngobrol tentang hal biasa sajah, pekerjaan, lokasi rumah, berapa lama kerja terus akhirnya menuju masalah " status ". Yah-yah untuk sementara ini memang saya masih lajang dan single, anybody know ...about this, owh bukan maksud saya ngiklan tapi kalo ada yang mau jg gpp hihihi. Ups back the topic......, dan ketika beliau tahu saya sudah kerja dan cukup lama beliau langsung berujar " kan sudah mapan, kenapa masih melajang, jangan pilih-pilih ntar dapat tebu boleng, ingat umur apalagi kamu wanita ". Huaaa sedih bangets kalo denger nasehat seperti ini, rasanya saya tak sanggup mendengarnya sedih sesedih-sedihnya.

Si pemberi petuah ini juga bilang, " Kamu harus lebih sayang dan berbakti pada orang tuamu, jangan sampai buat keduanya kecewa apalagi sedih ". Pak, asal tahu sajah Pak sebisa mungkin sebagai anak dari kecil sampai umur setua gini saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik buat kedua orang tua sayah. Sejak kecil saya berusaha membanggakan dengan selalu masuk 10 besar di kelas dari SD hingga saya masuk PT, meski saya juga kecewa pada diri saya sendiri tidak bisa masuk PTN. Tapi setidaknya saya sudah berusaha. Ketika orang tua saya melarang saya pergi merantau ke Jakarta saya juga dengan rela tidak berangkat meskipun perjalanan untuk dapat pekerjaan itu tidaklah mudah saya bersaing dengan banyak orang untuk mendapatkannya. Ketika orang tua meminta saya untuk lulus tepat waktu saya juga tepati bahkan saya kuliah juga saya sambi kerja, juga saya jabani. Saya bertekad untuk cepat dapat kerja bahkan sebelum saya ujian skripsipun saya sudah mencoba melamar kerja itu semua demi orang tua saya Pak, ujarku ketika sepertinya si Bapak kok terus menyudutkanku. Apa karena wajahku seperti preman dan pembangkang ya ...?*maklum dulu waktu kuliah mangkalnya di Landung Sari he he he.

Kemapanan : hal keadaan mantap; kepuasan dng diri sendiri (dikutip dari artikata.com). Yach gini nih kalo ambil hipotesis alias kesimpulan dari hasil sawang sinawang bukan dari hasil riset dan fakta di lapangan *hallah bosone rek tingkat intelek. Darimana bisa dibilang mapan, padahal meski saya sudah lama bekerja tapi saya hanyalah "kacung" ditempat saya kerja dengan gaji yang cukup ngepaslah kalo tidak bisa dibilang kurang :-d. Kalo saya sudah mapan, pasti saya sudah bisa melanjutkan S2 ( ini impian saya ketika lulus S1, meski banyak orang bilang buang-buang duit kalo mo S2 itu, hyaaah namanya juga cita-cita ), bisa naik haji ( amien semoga bisa ya ), sudah punya rumah sendiri, sudah bisa beli motor sendiri ( memang sih skrg sudah bawa motor, tapi itukan pinjeman kantor hikz ). Kalo kenyataannya seperti itu darimana bisa dibilang saya sudah "mapan", yach kalo memang dilihat dari lama saya kerja seharusnya saya sudah cukup mapan, tapi itu kan hanya secara teori, faktanya sangat berbeda 360 derajat dari asumsi yang ada.

Memang sangat mudah untuk mengambil justifikasi dari hasil olah mata alias hasil sawang sinawang. Ini juga sekaligus jawaban buat orang-orang yang menganggap saya tidak mau didekati dan terlalu pemilih karena saya sudah jauh lebih mapan dari yang coba PDKT ke saya.

Disini saya bukan bermaksud membela diri apalagi marah, mungkin ini adalah bentuk perhatian aja naluri kebapakan muncul melihat ada anak gadis dengan umur mendekati kepala tiga tapi belum menikah juga. Hmmmm, saya coba jawab dan jelaskan. Begini Pak, Saya pikir pemilih untuk urusan jodoh kan suatu kewajaran apalagi saya yang menjalaninya dan untuk waktu yang cukup lama bukan sehari dua hari. Saya juga tidak milih-milih bangets, saya berusaha membuka peluang dan kesempatan buat siapapun untuk mendekati saya, tapi memang saya akan cenderung defense diawal-awalnya hanya faktor pengalaman-pengalaman saya saja di masa lalu yang membuat saya harus bersikap lebih hati-hati untuk menyerahkan hati saya. Saya juga tidak menolak sebuah perkenalan atau kalo tidak mau dibilang perjodohan. Saya sudah cukup sering menjalaninya, dari yang mulai yang tidak berani untuk mengatakan bahwa dia sudah serius dengan cewek lain dan lebih memilih menghindar dan berkelit, dari yang masih memuja pacar terdahulunya, dari yang hanya ingin menikmati kepuasan duniawi sajah, ada yang akhirnya CLBK sama mantannya dan saya dilempar seperti sampah ke temannya tanpa saya diberitahu dan ada yang sok malu dan alergi tentang "kemapanan" saya, padahal saya sudah jelaskan saya bukanlah seperti yang dia kira, harta bukan segalanya buat saya karena saya dilahirkan juga tidak bawa apa-apa, sampai pada yang hanya memanfaatkan sayah saja, sudah pernah saya jalani. Itu semua yang membuat saya lebih defense dan terkesan sangat hati-hati untuk menentukan sikap.

Jika saya sampai hari ini kelihatan enjoy dan happy-happy ajah menjalani hidup bukan berarti hati saya seperti itu, saya hanya mencoba tersenyum dan menghapus air mata saya, karena kesedihan ini tangung jawab saya bukan orang lain dan tak perlulah saya tampakkan kepada semua orang. Jangan ikutan nangis loh ya dengan postingan saya he he he.

Sambil nulis ini, saya sambil bercucuran air mata *hallah lebay mode on. Saya pengen memahami orang lain atas perkataan mereka kepada saya itu sebagai ungkapan sayang mereka kepada saya, bukan sebagai hujatan tetapi terkadang sangat sulit menerimanya. Memang orang hanya tahu seberapa sempurna sesuatu itu dikerjakan bukan seberapa keras kita telah berusaha untuk mengerjakannya. Tapi saya yakin diluar sana masih banyak yang hidupnya lebih buruk dari saya, saya berdoa semoga teman-teman saya yang lain lekas diberi kemudahan dan selalu diberi kekuatan untuk menjalaninya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar