Minggu, 13 Desember 2009

Ikrar setia itu...


Semalam....seorang gadis berusia antara 16 s/d 17 tahunan (eit nih umur cuman perkiraanku saja, biasa ESTEH/sok tehu mode onnya lagi kumat, harap maklum kalo salah yah), kelas 3 di Sebuah Sekolah Menengah Umum. Shintia namanya, kuharap nih nama bener adanya aku nulis kalo ada salah-salah mohon dimaafkan ya..bukan disengaja lho..:-d.
Ini adalah pengalaman pertama buatku menyaksikan seorang mengikrarkan janji setia di hadapan sang ilahi, memenuhi gejolak di hati. Di sebuah masjid deket kost Sabilus Salam namanya. Menjadi saksi hidup atas pengukuhan atas sebuah keyakinan membuatku merinding, sepertinya ada sebuah kekuatan yang membuatku tak berarti. Yach Shintia sang gadis remaja itu punya "KEBERANIAN" lebih untuk dengan kaffah/sempurna mengakui dirinya menjadi seorang MUSLIM, meski ada pertentangan dalam keluarganya dan tentunya dicap sebagai seorang anak yang durhaka kepada orang tua. Karena berpindah keyakinan, namun itu semua tak dihiraukannya ia lebih memilih menjadi seorang muallaf memuaskan gejolak di hatinya dan memenuhi panggilan sang ilahi.
Menurut Shintia, setelah dia merasa tidak ada gejolak sejak dia berada dibangku sekolah dasar, namun sampai masuk smu dia belum berani secara resmi mengakui dan masuk sebagai seorang muslim. Karena kedua orang tuanya menentang dengan keras keputusan itu.
SALUT....satu kata untuk Shintia, dimana di usia yang belia dimana dukungan material dan moral masih sangat dibutukan olehnya ia relakan semuanya itu pergi dari dirinya demi sebuah panggilan jiwa menjadi seorang MUALLAF. Shintia mengucapkan dua kalimah shahadat tidak ditemani keluarganya, hanya disaksikan para jamaah masjid Sabilus Salam. Dan Pak Kumis yang yang mewakilinya sebagai ganti orang tuanya.
Selamat untuk ukhti Shintia semoga Alloh selalu memberikanmu kemudahan dalam segala hal dan diberikan kekuatan untuk menghadapi cobaan apapun dalam melaksanakan keimananmu. Sebuah pelajaran bagiku serta pengingat bagiku, aku saja yang selama ini dapat kemudahan dan dukungan untuk melaksanakan ibadahku masih sering males-malesan (emang kapan ya pernah rajin?), bangun malam buat tahajud, berjamaah, mengaji dan menimba ilmu agama dan masih banyak lagi. Bahkan ketika disuruh dan diingatkan untuk menjalankan kewajiban agamaku aku masih sering menggerutu, ah terlalu cerewet, nantilah. Bertolak belakang dengan Shintia, ia dengan rela meninggalkan zona nyamannya sebagai seorang anak dan memulai kehidupan lepas dari orang tua secara moral dan material. Padahal anak seusianya masih membutuhkan banyak dukungan moral dan material. Ya Rabbie...ternyata aku bukanlah apa-apa, masih kalah dengan Ukhti Shintia...Ya Rabb ampuni segala dosa dan kemalasan hambaku ini...semoga lebih baek pada hari-hari berikutnya..amien.

Gambare aku ambil dari sini nih http://redtea4u.multiply.com/reviews/item/31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar